RUMAH POHON UNIK DI DUNIA, BUKAN UNTUK MAINAN TAPI SEBAGAI TEMPAT TINGGAL
- Unik - Humaniora
Membuat rumah pohon adalah salah satu kegiatan yang digemari banyak orang ketika masih kecil dulu. Kegiatan ini untuk mengisi waktu luang dan biasanya keberadaan rumah pohon tersebut hanya sebatas sebagai istirahat sejenak atau untuk bermain-main.
Namun tahukah kalian, jika di dunia ini ada beberapa rumah pohon yang dibuat dengan tujuan sebagai tempat tinggal utama dan bukan sebagai tempat bermain atau istirahat sementara. Memang sedikit terkesan aneh jika melihat perkembangan zaman saat ini dimana rumah-rumah modern lebih banyak berada di atas tanah, namun rumah-rumah pohon ini memeng ada.
Baca juga : Jeruk Bali Yang Bukan Berasal Dari Bali
Imigran Perintis Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah salah satu negara terbesar saat ini, jadi sulit rasanya melihat jika ada yang masih tinggal di rumah pohon. Namun, sebelum menjadi negara besar seperti saat ini, wilayah ini awalnya dihuni oleh penduduk asli serta imigran asal Eropa yang ingin memulai kehidupan baru.
Imigran yang menetap di wilayah Amerika semakin banyak saat negera ini mendeklarasikan dirinya sebagai negara merdeka pada abad ke-18. Bahkan banyak dari mereka yang akhirnya hidup berpindah-pindah karena modal yang mereka miliki sangat minim dan seadanya. Lalu, ketika para pemukim itu bermigrasi ke sisi barat Amerika pada abad ke-19, mereka menjumpai pohon-pohon besar yang telah ditebangi pada bagian atasnya.
Merekapun akhirnya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat tinggal mereka, karena mereka menganggap bahwa lahan tersebut dulunya adalah hutan dan memiliki tanah yang subur untuk dijadikan lahan pertanian. Sisa-sisa pohon yang ditebang itulah yang akhirnya mereka lubangi untuk dijadikan tempat tinggal, jika mereka ingin membuka lahan pertanian dan tinggal secara permanen. Bahkan beberapa dijadikan sebagai gudang dan kandang hewan ternak.
Rumah Gelondongan Kayu
Ada seorang pria bernama Jim Allen yang bekerja sebagai sebagai seorang penebang kayu di wilayah California, Amerika Serikat. Kala itu, ia pernah terjebak badai saat berada di tengah hutan pada tahun 1930-an. Agar bisa selamat, Jim akhirnya memilih untuk berteduh di batang besar sebuah pohon merah. Jika kalian belum tahu, pohon merah adalah salah satu pohon tertinggi dan terbesar di dunia yang bisa mencapai ketinggian 70 meter.
Jadi saat badai reda, Jim yang merasa berhutan budi pada pohon itu membelinya dari perusahaan penebang kayu setempat dan berencana membuat rumah dengan menggunakan batang pohon itu. Batang pohon ini memiliki panjang 80 meter dan diameter sekitar 4 meter. Jim lantas membuat rongga pada pohon tersebut untuk dijadikan ruang tinggal dibantu oleh salah seorang temannya.
Ia telah tinggal selama kurang lebih 7 tahun di rumah pohon itu, bahkan tempat tinggalnya kini menjadi sebuah objek wisata yang bisa dimasuki oleh siapapun ketika wisatawan datang ke California tepatnya di kota Garbeville.
Finca Bellavista
Di negara Kosta Rika ada sekelompok komunitas modern yang menghabiskan seluruh hidupnya di rumah pohon dan nama dari kawasan itu adalah Finca Bellavista. Kawasan ini memiliki sekitar 40 unit rumah pohon dengan sumber tenaga dari matahari. Ide untuk mendirikan kawasan Finca Bellavista ini tercetus dari seorang bernama Erica Andrews dan Matt Hogan dengan tujuan menyelamatkan kawasan tersebut dari upaya penebangan hutan.
Suara hewan-hewan liar menjadi bagian dari kehidupan di Finca Bellavista karena kawasan ini berada di tengah-tengah hutan. Rumah-rumah di kawasan ini dibangun di atas tanah dengan memanfaatkan pohon sebagai tambatannya. Bahkan ada yang dibangun dengan ketinggian mencapai 27 meter.
Rumah-rumah ini tidak bisa diakses dengan cara biasa karena lokasinya yang berada di ketinggian. Untuk bisa sampai ke rumah-rumah di Finca Bellavista, siapapun harus memakai jembatan atau rangkaian tali. Terkesan merepotkan, namun dianggap sepadan karena ketika sampai di dalam rumah pemandangan alam liar yang indah dari ketinggian sudah menunggu.
Pria Tuna Wisma
Di negara Kenya ada seorang pria tua bernama Njuguna Ng’ang’a yang hidup di dalam pohon. Dirinya mengaku terpaksa tinggal disana karena tak memiliki siapa-siapa. Bahkan ia tak bisa memohon santunan kepada Pemerintah setempat karena tak bisa lagi mengingat dengan baik identitas dirinya.
Dirinya menggunaka pohon kayu putih sebagai tempatnya untuk berteduh dan selama 2 tahun menjadikan tempat itu layaknya rumah sendiri. Namun yang mengejutkan adalah bahwa disekitar tempat tinggal Njuguna adalah wilayah tempat tinggal ular-ular beracun dan ia secara ajaib tetap bisa tinggal disana tanpa digigit.
Cerita mengenai dirinya bahkan sampai kepada penduduk disuatu desa disana, setelah seorang anak melihat kondisinya dan pulang ke desa untuk menceritakannya pada penduduk. Masyarakat yang merasa iba kemudian beramai-ramai menyumbangkan makanan, selimut serta barang lainnya untuk Njuguna.
Bahkan salah satu stasiun televisi sampai meliput tentang dirinya setelah kabar mengenai Njuguna menyebar dan semakin banyak masyarakat yang mengetahui tentang kondisi dan keadaan dari Njuguna. Pemerintan setempatpun akhirnya turun tangan dan memindahkan Njuguna ke rumah baru yang kondisinya lebih layak untuk ditinggali. Bahkan Njuguna mengatakan bahwa rumah ini mungkin akan menjadi tempat ia meninggal nanti karena usianya yang telah mencapai satu abad.
Suku Korowai Di Papua
Jika kalian belum tahu, suku Korawai adalah suku di pedalaman Papua yang terisolir dari dunia luar sebelum mereka didatangi oleh missionari pada 1970-an. Namun meski hidup dilokasi terpencil, pola hidup dari masyarakat ini akan membuat siapapun yang mendengarnya tertegun.
Mereka memiliki tempat tinggal di atas pohon yang tinggi. Bahkan jarak antara rumah dan permukaan tanah bisa mencapai 30 meter lebih. Walaupun begitu, umumnya ketinggian rumah mereka hanya mencapai 10 meter dari permukaan tanah. Yang lebih menakjubkan lagi, rumah-rumah itu dibangun sedemikian rupa hingga menjadi sangat kuat untuk menampung banyak orang sekaligus. Untuk mencapai rumah ini, suku Korawai membuat tangga untuk menaiki dan menuruninya.
Namun, ancaman yang muncul dari kondisi rumah seperti ini adalah kebakaran yang bisa muncul tiba-tiba dan mereka membuat pintu lantai darurat untuk menangani masalah tersebut. Jadi, mereka bisa keluar dengan cepat dan aman ketika terjadi kebakaran.
Tak diketahui mengapa masyarakat Korawai membangun rumah mereka di ketinggian, namun kemungkinan adalah agar mereka bisa aman dari serangan hewan buas, banjir, atau serangan dari suku-suku lainnya.
Baca juga : Penyebab Perut Buncit