DIKATAKAN MEMUSNAHKAN KEJAHATAN DI PULAU JAWA
- Sejarah / Humaniora
Pics Source : iniberita-indo.blogspot.com |
Masyarakat di sekitar lereng Gunung Kelud, Jawa Timur telah hidup berdampingan dengan alam. Mereka menganggap Gunung Kelud layaknya sebagai saudara tua yang selalu melindungi dan memberikan berkah.
Baca juga : Hamas-Israel Sepakat Gencatan Senjata
Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, warga selalu menganggap erupsi sebagai cara Gunung Kelud bekerja. Abu vulkanik yang disemburkan oleh Kelud dianggap oleh warga sebagai berkah.
Sri Herminingrum dalam Kearifan Lokal Masyarakat Tradisional Gunung Kelud menuliskan bahwa Kelud membagi hasil kerjanya dengan adil ke seluruh petani di area sekitarnya, menumbuhkan kehidupan baru yang menjanjikan kesuburan tanah. Pasca erupsi, Gunung Kelud akan memberikan hasil panen yang berlimpah.
Karena itu, ketika Kelud tengah bekerja, warga tetap menghormatinya sebagai sebuah entitas spiritual yang diyakini sebagai bagian dari hidup. Hal ini diluar pemahaman mengenai lahar panas, lahar dingin, bebatuan besar dan kerusakan yang ditanggung.
Dikatakan oleh Sri, bagi warga, letusan Kelud dimitoskan sebagai kerja gunung untuk memusnahkan kejahatan di bumi Jawa. Hal ini dipercaya secara turun temurun seperti yang tertulis dalam Kitab Negarakertagama Pupuh ¼ tentang Rettusarena.
Selama dalam kandungan di Kahirupan, telah tampak tanda keluhuran gempa bumi, kepul asap, hujan abu, guruh, dan halilintar menyambar-nyambar, Gunung Kampud bergemuruh membunuh durjana, penjahat musnah dari negara.
Baca juga : Ruang Terbuka Hijau Untuk Siapa?
Kutipan dari mahakarya Mpu Prapanca ini dipercaya mengacu kepada erupsi Gunung Kelud pada abad ke-13. Pada baris ke 5 dalam kutipan di atas, kata kampud adalah nama lain dari Gunung Kelud.
Mpu Prapanca menyebut letusan Kelud sebagai kekuatan yang mampu meluluhlantakkan semua yang ada di muka bumi, baik kasat mata maupun tidak, ketika sedang meletus. Letusan Kelud seperti kekuatan raksasa yang sedang murka.
Letusan Kelud saat itu telah mengirimkan Prabu Hayam Wuruk sebagai Raja Besar Majapahit. Demikian juga ketika erupsi yang terjadi pada tahun 1901, masyarakat memaknainya sebagai simbol kepemimpinan Presiden Soekarno.
Walau ketika meletus, situasi di sekitar Gunung Kelud akan mengalami kehancuran dan kekacauan. Tetapi dampak dari erupsi ini, bagi warga adalah tanda dari dimulainya kehidupan yang lebih baik.
Masyarakat Gunung Kelud pun telah menganggap erupsi sebagai fenomena alam yang harus terjadi. Pengalaman dalam menghadapi ancaman ini pada akhirnya membentuk sebuah kearifan lokal yang diaplikasikan dalam kehidupan.
Hal-hal itu tersembunyi dalam ritual sesaji Gunung Kelud dalam kaitan dengan upaya mitigasi. Karena itulah, setelah erupsi, masyarakat sekitar Gunung Kelud tidak butuh waktu lama untuk kembali beraktivitas.
Source : GNFI
Baca juga : Pedoman Etika Kecerdasan Buatan Disiapkan