Type Here to Get Search Results !

Nyatanya Dampak Perubahan Iklim

0

WALAUPUN DAMPAKNYA BEGITU NYATA, NAMUN MINIM PENANGANAN

  • Lingkungan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXd8xvMR-MOWojHfhjqQlu_E_m09isX-vtyCx0y-CmlWAYKGHgWAH5BBE4Ic1r70ZfdOhMFoqnXrGFHl5aETgOUvc4nFJ-A3bWGvbehTGGkpCf1cJokVPcc-XqQfCySNXdSzrR9IgVaCY/w1200-h630-p-k-no-nu/Dampak+Perubahan+Iklim.jpg

Temuan-temuan terbaru di bidang kesehatan membuat manusia bisa memperpanjang angka harapan hidupnya lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya. Tetapi, pemahaman ini mengabaikan faktor eksternal seperti perubahan iklim dan pemanasan global yang menghantui kita di abad ke-21.

Baca juga : Bagaimana Agar Pohon Kuat Menahan Badai?

Hal itulah yang diperingatkan oleh PBB lewat laporan terbaru Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Manusia dapat beradaptasi dengan suhu yang kian memanas dibandingkan masa pra-industri tetapi tidak untuk dunia alami. Michael Oppenheimer, ilmuwan iklim dari Princetown University yang terlibat dalam penulisan laporan pada Science mengatakan merekan tidak mengikut. Laju perubahan iklim lebih cepat daripada kemampuan kita untuk mengetahui bagaimana perubahan iklim. 

Pemanasan global diketahui membuat beberapa ekosistem mendekati batas kemampuan mereka untuk beradaptasi, termasuk terumbu karang air hangat, hutan tropis, hingga kondisi lingkungan di pegunungan dingin dan kutub.

Akan tetapi, perubahan iklim membawa masalah kesehatan bagi manusia. Laporan itu menuliskan, konsekuensi yang kita tanggung jika kita gagal mengambil tindakan akan parah dan memperburuk ketidakadilan sosial.Masyarakat yang sebenarnya paling sedikit berkontribusi terhadap perubahan iklim, seperti berpenghasilan rendah dan negara berkembang, akan menanggung beban panas ekstrem, penyakit yang menular, dan kesehatan mental yang buruk.

Oppenheimer juga menyebut Adanya kesenjangan adaptasi, Pemerintah lebih bertindak lebih banyak basa-basi daripada benar-benar melakukan banyak hal.

Sementara itu Kristie Ebi, salah satu penulis laporan dan pakar kesehatan global dari University of Washington seperti yang dikutip dari  National Geographic, mengatakan bahwa hal ini sangat mendesak untuk kita untuk meningkatkan investasi dan memperkuat sistem kesehatan. Ia menambahkan bahwa kita sudah melihat orang mati karena perubahan iklim, dan jika kita tidak beradaptasi, lebih banyak orang akan mati.

https://i0.wp.com/www.idntodays.com/wp-content/uploads/2018/10/lp.png

Baca juga :  Bersyukurlah, Hewan-Hewan Ini Sudah Tak Ada Lagi

Direktur Joint Global Change Research Instute sekaligus salah satu penulis laporan, Brian O'Neill, menambahkan, jumlah orang yang dipaksa jatuh miskin selama rentang waktu 15 tahun akibat perubahan iklim dapat berkisar 10 juta hingga 100 juta. Semua tergantung pada kerentanan mereka dan lahan mereka.

Laporan tersebut mencatat bahwa panas yang ekstrem menjadi lebih intens di kota-kota, secara substansial meningkatkan risiko kematian akibat panas bagi penduduk lingkungan berpenghasilan rendah dan terutama bagi individu yang tidak memiliki rumah. 

Mempersiapkan perubahan iklim bukan hanya soal membangun tembok laut atau sistem irigasi, tulis laporan. Kebanyakan proyek untuk adapatasi dengan masa depan saat ini justru berskala kecil, terfragmentasi, dan hanya berfokus pada jangka pendek.

Sebagian besar proyek adaptasi yang dilakukan pemerintah berfokus pada proyek terkait air seperti tanggul dan sistem peringatan banjir, resotrasi lahan basah pesisir, konservasi kelembababn tahan untuk pertanian, dan pelindungan garis pantai. Padahal, O'Neill berpendapat, "yang sama pentingnya adalah meningkatkan kondisi kehidupan di seluruh dunia."

Selain itu pula, sepertiga dari populasi dunia saat ini berdampak tekenan panas. Walau peningkatan emisi tak bisa terhindari, semua bergantung pada tindakan yang diambil untuk membatasinya. Diprediksikan emisi akan terus meningkat dari 48 hingga 76 persen dari populasi yang diproyeksikan untuk tahun 2100.

Secara kesehatan, vektor penyakit seperti nyamuk mendapat manfaat dari musim hangat yang lebih lama dan jangkauannya lebih meluas akibat pemanasan. Hal ini berisiko bagi penyebaran penyakit yang dihasilkan nyamuk seperti DBD dengan cakupan lebih luas.

Pemahaman tentang perubahan iklim menyebabkan penyakit bukanlah pertama kalinya dipahami. Para ilmuwan juga mendapati bahwa virus tersebar seperti pagebluk COVID-19 disebabkan oleh perubahan iklim, yang diskenariokan dalam kabar sebelumnya di National Geographic Indonesia. Penyakit zoonosis bisa tertular akibat interaksi manusia dengan hewan yang telah kehilangan habitatnya atau bermigrasi akibat peningkatan suhu global

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUbZZvBswT8Ig_dBwqqAjm0ehw3lcFy3wIZQljZElRj3rEx978IkzSjhFUy2YaMXGTvkpKSi0hXXREPzA-3lM8oQfe6kBdjCZG0KM3T17PFZ_KuPcUrdTTgL39HW3Wk0v5D7KPbPYTYOo/s1600/Ilustrasi+perubahan+iklim.jpg

Untuk pencegahan, selagi perubahan iklim menjadi semakin mematikan, pemerintahan harus menciptakan perawatan kesehatan dan tata kota yang lebih kuatuntuk menyelamatkan banyak jiwa, tulis laporan IPCC.Selain perawatan kesehatan yang kuat, para ilmuwan yang menulis laporan IPCC menyerukan agar aksesnya juga harus dibuat, dan pembuatan rencana darurat panas. 

Salah satu yang disarankan adalah penggunaan sistem peringatan dini yang memiliki prediksi cuaca terperinci. Menurut laporan, alat itu dapat digunakan oleh lambaga kota dan pemerintahan daerah untuk membantu orang berencana akan cuaca ekstrem dan mencari sumber daya yang dibutuhkannya.

Jeremy Hess, rekan penulis laporan dan seorang peneliti kesehatan di University of Washington menerangkan bahwa kita akan dilanda gelombang panas, kemudian kebakaran hutan, kemudian listrik padam, dan kemudian akan terjadi lagi, kedengarannya apokaliptik, tapi itu benar.

Semua hal itu bisa dilakukan sambil memperkuat pelestarian alam dengan pemulihan hutan, membantu migrasi spesies terdampak, dan melindungi daratan dan perairan untuk menciptakan ruang bagi spesies untuk beradaptasi.

Baca juga : Lubang Cacing Bisa Menjelaskan Paradoks Pada Lubang Hitam?

Tags

Post a Comment

0 Comments

Top Post Ad


Buttom Ads Post