KOLABORASI MUSISI PEDULI LINGKUNGAN
- Lingkungan
Perhatian terhadap perubahan iklim kini menjadi prioritas utama masyarakat dari berbagai lapisan. Berbagai langkah telah dilakukan untuk mengampanyekan sikap peduli masa depan lingkungan. Tak terkecuali para musisi tanah air yang saat ini mulai menggunakan musik sebagai media untuk menggaungkan darurat iklim.
Baca juga : Mampukah Kombucha Tangkal Radiasi Nuklir?
Indonesia dengan bangga memperkenalkan Music Declares Emergency (MDE) Indonesia, sebuah aliansi sekaligus wadah bagi para musisi, seniman, serta organisasi yang berkomitmen untuk melindungi kehidupan di bumi. MDE Indonesia merupakan bagian dari kampanye global Music Declar Emergency.
MDE Indonesia ini resmi terbentuk pada 22 April 2023 saat peringatan Hari Bumi. Indonesia disebut menjadi negara pertama di Asia yang tergabung dalam Music Declares Emergency. Hingga saat ini, deklarasi tersebut telah ditandatangani 3.583 seniman, 15.740 organisasi, dan 1.829 individu dari seluruh penjuru tanah air.
“Kami ingin mengembalikan kekuatan musik ini, apalagi isu lingkungan belum menjadi prioritas di media populer,” kata Gede Robi, vokalis Navicula, pemrakarsa MDE Indonesia Kamis (4/1/2024), dikutip dari Kompas.com.
Menurutnya, isu lingkungan saat ini menjadi revolusi para musisi yang tergabung dalam MDE Indonesia melalui slogan “No Music on a Dead Planet”. Maksudnya, tidak ada musik di planet yang mati. Tidak ada euforia ketika bumi mengalami kerusakan dahsyat.
MDE Indonesia telah mengolaborasikan 13 musisi terkenal Indonesia, yakni Endah N Rhesa, Iga Massardi, Guritan Kabudul, Nova Filastine, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Kai Mata, Rhythm Rebels, Prabumi, dan Made Mawut.
MDE Indonesia saat ini tengah mempromosikan album Sonic/Panic yang berhasil digarap dari ketigabelas musisi dari lintas genre yang tergabung. Penggarapan album tersebut dilakukan sejak Juli – September 2023 melalui label rekaman Alarm Records yang dibentuknya.
"Alarm Records, record label yang disepakati oleh 13 musisi ini. Record label pertama yang konsen pada isu iklim, produk pertamanya Sonic/Panic ini. Musisi bercerita tentang hal-hal yang melingkupi krisis iklim," ucap Vokalis FSTVLST, Farid Stevy.
Dilansir dari Mongabay, Sonic berarti suara, Panic merujuk pada situasi panik. Jadi, Sonic/Panic ini semacam suara-suara kepanikan yang karena berbagai masalah lingkungan yang mempercepat perubahan iklim global.
Album Sonic/panic berhasil dirilis pada November di berbagai platform musik digital dan dirayakan dalam IKLIM Fest di Ubud Bali. Perayaan sekaligus pengenalan album perdana itu kembali dilakukan pada Desember 2023 di Yogyakarta. Selanjutnya, kota Malang akan menerima perayaan mereka pada Sabtu, 6 Januari 2024 mendatang.
Delapan musisi Indonesia lintas genre akan menggelar konser kolaboratif Sonic/Panic di Malang Creative Center, Sabtu (6/1/2024). Delapan musisi tersebut ialah FSTVLST dari Yogyakarta, Navicula dari Bali, Iga Massardi dari Jakarta yang berkolaborasi dengan Lorjhu’ dari Madura, serta Made Mawut dari Bali.
Pihaknya juga mencoba mengurangi emisi dengan melarang pedagang makanan gunakan bungkus atau kemasan sekali pakai. Sebagai alternatif, mereka dapat menggunakan alat makan pakai ulang yang disediakan Dietplastik Indonesia.
“Musisi bisa mulai mendorong praktik lebih ramah lingkungan di konser-konsernya,” ucap Nova Ruth, musisi asal Malang dan salah satu penggagas Sonic/Panic di Malang, dikutip dari Kompas.com.
(Source : goodnewsfromindonesia)
Baca juga : Peran Perempuan dalam Kehidupan Sehari-hari Sejarah Aztec