Type Here to Get Search Results !

Nekat Menyamar Menjadi Pria Agar Diperlakukan Setara

0

HAL YANG DILAKUKAN WANITA INI SUNGGUH BERANI

  • Unik

Masalah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan menjadi topik yang semakin banyak dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir. Ini karena sepanjang sejarah, perempuan sering dipandang rendah karena tidak cocok untuk posisi yang biasanya dipegang oleh laki-laki.

Baca juga : Kasus Penampakan Makhluk Misterius di Tengah Berlangsungnya Perang

Karena itulah, banyak wanita yang diam-diam mendambakan cross-dress sebagai pria demi mewujudkan cita-cita dan cita-citanya. Berikut adalah contoh wanita dengan determinasi besi.

Margaret Ann Bulkley

Margaret Ann Bulkley, seorang wanita yang berhasil menyembunyikan identitas dan gender aslinya hingga akhir hayatnya. Margaret diam-diam menyamar sebagai James Barry untuk menjadi Inspektur Jenderal Angkatan Bersenjata Inggris pada abad ke-19. James, dengan nama samaran Margaret, dipercaya untuk menangani Unit Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Inggris.

Di bawah kepemimpinannya, kualitas perawatan tentara Inggris meningkat pesat. Pada periode inilah nama Florence Nightingale muncul sebagai perawat Inggris yang aktif berjuang untuk meningkatkan kualitas rumah sakit militer Inggris.

Florence sendiri mengaku secara pribadi tidak menyukai Margaret. Pasalnya, Margaret-nya Florence cenderung sama gilanya dengan raksasa jika pejabat Inggris tampil kalem dan penuh hormat.

Di luar kontroversi mengenai sifatnya tersebut, Margaret sendiri memang memiliki kepiawaian di bidang medis. Saat berada di Afrika Selatan, Margaret pernah melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi dari perut ibunya dengan selamat.

Tahun 1865, Margaret meninggal dunia. Saat pelayannya sedang menyiapkan jasad Margaret supaya siap untuk dikebumikan, barulah terungkap kalau Margaret aslinya adalah wanita.

Militer Inggris juga tidak kalah terkejut. Untuk mencegah timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah Inggris memutuskan untuk melarang perilisan dokumen-dokumen resmi terkait Margaret hingga tahun 1950-an.

J.K. Rowling

Siapa yang tidak tahu Harry Potter? Ya, itu adalah nama dari karakter penyihir dalam seri novel fantasi hasil karangan J.K. Rowling, seorang penulis asal Inggris. Di dalam novel serta filmnya, Harry Potter diceritakan sebagai remaja berkacamata yang menimba ilmu di sekolah sihir Hogwarts.

Saat melihat nama J.K. Rowling, tidak sedikit orang-orang yang membayangkan kalau penulis seri novel tersebut adalah seorang pria. Faktanya, Rowling aslinya berjenis kelamin wanita. Rowling memiliki nama lengkap Joanne Rowling. Huruf ‘K’ dalam nama penanya merupakan kependekan dari Kathleen, nama dari neneknya.

Rowling sengaja menambahkan huruf K pada namanya atas usulan dari penerbitnya. Pasalnya novel buatan Rowling menjadikan kalangan remaja laki-laki sebagai target pasar utamanya.

Jika calon pembeli novel Rowling melihat kalau novel yang bersangkutan ditulis oleh seseorang dengan nama wanita, penerbit novel Rowling khawatir kalau pembaca menajdi tidak tertarik dan enggan membelinya.

Usulan tersebut diterima oleh Rowling. Maka, saat novel Harry Potter akhirnya diterbitkan ke publik, Rowling menggunakan nama alias J.K. Rowling pada sampul depan novelnya.

Novel tersebut ternyata meledak menjadi sensasi baru di dunia sastra. Berkat alur ceritanya yang menarik, seri novel Harry Potter sekarang menjadi salah satu seri novel paling laris di dunia. Novel yang bersangkutan juga sudah diterjemahkan ke lebih dari 60 bahasa berbeda.

Rena “Rusty” Kanokogi

Tahun 1959, dilangsungkan turnamen bela diri judo YMCA di New York, Amerika Serikat. Rena yang sudah mendalami judo merasa tertarik untuk mengikuti turnamen tersebut. Permasalahannya adalah Rena berjenis kelamin perempuan, sementara turnamen judo pada masa itu hanya boleh diikuti oleh laki-laki.

Namun Rena masih tidak mau menyerah. Ia mendaftarkan diri dalam turnamen tersebut sambil menyamarkan dirinya sebagai laki-laki. Supaya orang-orang tidak curiga, Rena memotong rambutnya hingga pendek dan mengikat dadanya supaya tidak terlihat menonjol.

Rena lantas menunjukkan kenapa ia merasa percaya diri mengikuti turnamen yang para pesertanya adalah kaum pria. Sepanjang berlangsungnya turnamen, Rena berhasil menyingkirkan lawan-lawannya satu demi satu. Hasilnya, Rena pun berhasil keluar sebagai pemenang.

Baca juga : Donat Terunik Di Dunia

Pihak panitia ternyata merasa curiga kalau Rena aslinya bukanlah laki-laki. Maka, saat waktu penyerahan medali pemenang tiba, panitia bertanya apakah Rena aslinya perempuan.

Rena terpaksa mengakui kalau dirinya aslinya adalah perempuan. Sebagai akibatnya, Rena pun dicoret dari turnamen dan ia batal mendapatkan medalinya. Semua kerja keras Rena dalam turnamen tersebut nampak sia-sia.

Puluhan tahun berlalu, pola pikir publik secara berangsur-angsur mulai berubah. Mereka kini bersedia menerima kaum wanita dalam turnamen judo resmi. Tahun 1984, untuk pertama kalinya turnamen judo khusus wanita diperlombakan dalam Olimpiade.

Rena meninggal pada tahun 2009 akibat kanker dalam usia 74 tahun. Sekarang ia diakui sebagai salah satu atlet judo wanita paling berpengaruh di dunia. Sampai-sampai pemerintah Jepang selaku negara asal judo mempersembahkan medali kehormatan Ordo Matahari Terbit kepada Rena pada tahun 2008. Gelar tersebut biasanya diberikan pemerintah Jepang kepada orang-orang asing yang sudah memiliki jasa besar bagi Jepang.

Deborah Sampson

Deborah Simpson adalah satu-satunya wanita Amerika Serikat yang mendapatkan uang pensiun militer secara penuh. Deborah mendapatkan santunan tersebut sebagai balas jasa atas keberaniannya ikut mengangkat senjata dalam perang kemerdekaan Amerika Serikat (dikenal juga dengan nama Perang Revolusi Amerika).

Upaya Deborah menjadi tentara pejuang kemerdekaan sendiri pada awalnya tidak berjalan mulus. Karena pada waktu itu biasanya hanya kaum pria yang bisa menjadi tentara, Deborah harus menyamarkan identitasnya.

Saat bergabung dengan pasukan Patriot pada tahun 1782, Deborah menyamar menjadi pria dan menggunakan nama samaran Robert Shurtleff.

Awalnya semuanya berjalan lancar-lancar saja. Ia bahu membahu di medan perang bersama dengan rekan-rekan prianya. Dalam suatu misi, Deborah bahkan sempat dipercaya untuk memimpin pasukan berkekuatan 30 orang tentara.

Tahun 1783, Deborah menderita sakit keras dan harus dilarikan ke rumah sakit. Saat itulah, baru terungkap kalau Deborah aslinya adalah wanita. Deborah pun kemudian diberhentikan secara hormat. Sesudah dikeluarkan dari militer, Deborah melakukan tur keliling negeri untuk menceritakan pengalamannya semasa menjadi tentara. Ia meninggal pada tahun 1827 dalam usia 66 tahun.

Joan of Arc

Perancis di Abad Pertengahan pernah terlibat Perang 100 Tahun melawan negara tetangganya, Inggris. Dalam perang tersebut, Inggris pada awalnya berhasil menguasai sebagian besar wilayah Perancis. Namun berkat kegigihan rakyat Perancis, pasukan Inggris pada akhirnya berhasil dipaksa angkat kaki.

Salah satu tokoh Perancis yang memiliki peran besar dalam kemenangan Perancis adalah Joan of Arc (atau Jeanne d’Arc kalau dama bahasa Perancis). Lahir dari keluarga petani miskin, Joan memutuskan untuk mengangkat senjata karena ia mengaku mendapat bisikan dari Tuhan untuk menyelamatkan Perancis.

Sosok wanita berperang bersama kaum pria bukanlah hal yang wajar pada masa itu. Maka, Joan yang saat itu baru berusia 16 tahun kemudian memotong rambutnya dan menyamar menjadi pria. Berkat penyamaran tersebut, ia berhasil menemui raja Charles VII.

Joan berjanji bakal membantu Charles menjadi raja tanpa gangguan siapapun jika ia bersedia membantunya memerangi Inggris. Charles setuju dan kemudian mempercayakan pasukannya untuk dipimpin oleh Joan.

Berkat kelihaiannya dalam memimpin pasukan Perancis di Orleans, Joan dengan cepat tumbuh menjadi sosok wanita yang disegani oleh kawan dan lawannya. Hingga kemudian pada tahun 1430, Joan berhasil ditangkap oleh pasukan musuh saat sedang melindungi Compiegne.

Joan kemudian dijatuhi hukuman mati atas tuduhan berpakaian seperti pria dan mempraktikkan ilmu sihir. Ia tewas dibakar hidup-hidup di tahun 1431 dalam usia 19 tahun. Namun pengorbanannya tidak sia-sia karena beberapa tahun kemudian, Inggris pada akhirnya berhasil diusir dari Perancis.


Source : anehdidunia

Baca juga : Penemuan Makanan dan Minuman Berusia Ribuan Tahun


Tags

Post a Comment

0 Comments

Top Post Ad


Buttom Ads Post