APA YANG MENYEBABKAN HAL INI?
- Lingkungan
Salah satu kebutuhan manusia yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan adalah air. Elemen ini menjadi salah satu penunjang kehidupan sehari-hari manusia mulai dari memasak, mencuci, mandi dan tentu saja sebagai air minum sebagai penunjang metabolisme di dalam tubuh manusia. Dengan peran penting tersebut, dapat dipastikan bahwa tak ada manusia dan mahluk hidup lainnya yang akan bertahan tanpa air dalam kehidupannya.
Kebutuhan air juga semakin meningkat dari waktu ke waktu, terlebih di masa pandemi seperti saat ini yang menuntut masyarakat untuk selalu hidup bersih dengan rutin mencuci tangan. Menurut hasil riset dari IWI - Indonesia Water Institute pada periode 15 Oktober sampai 20 November 2020, volume air yang digunakan untuk mencuci tangan ternyata meningkat hingga mencapai 20 -25 liter perharinya atau kurang lebih meningkat lima kali lipat lebih banyak dibandingkan sebelum masa pandemi.
Sedangkan untuk volume mandi juga mengalami peningkatan hingga 150 - 210 liter per hari per orangnya selama pandemi dari sebelumnya yang hanya mencapai 50 -70 per hari per orang pada masa sebelum pandemi. Namun yang sangat disayangkan, peningkatan kebutuhan air tidak ditunjang dengan pemerataan ketersediaan air bersih. Menurut BPS - Badan Pusat Statistik, 9,79 persen rumah tangga Indonesia tenyata belum memiliki akses ke sumber air minum yang layak pada tahun 2020.
Penggunaan air memanglah tidak sembarangan, sebab tidak semua air dapat dikonsumi khususnya orang awam. Menilai kualitas air untuk dapat diminum penting untuk dilakukan, seperti tidak berbau, rasa yang tawar dan tampak jernih. Untuk lebih meyakinkan, tentu dibutuhkan hasil dari uji laboratorium untuk mengetahui kadungan apa saja yang terdapat dalam air tersebut. Meluncurkan kampanye dengar tagar #DihantuTai pada Senin, 7 Februari 2022 lalu, UNICEF bahkan mengatakan bahwa 70 persen dari dua puluh ribu sember air minum rumah tangga yang telah diuji di Indonesia tercemar oleh limbah tinja.
Baca juga : Akhir "Derita" Sang Buaya Berkalung Ban
Kehidupan masyarakat dan lingkungan dipengaruhi oleh sanitasi yang baik termasuk pada air, udara dan tanah. Bila benar dalam penerapannya, maka kualitas lingkungan yang bersih dan sehat dapat dicapai. Hal inilah yang akhirnya akan berperan dalam pencegahan timbulnya penyakit yang bersumber dari air. Selain itu, tempat tinggal dan lingkungan akan terasa lebih nyaman karena terhindar dari bau tak sedap dan karena sanitasi yang baik membuat jumlah orang yang sakit berkurang.
Namun, buruknya kualitas dari sanitasi bisa menimbulkan permasalahan kesehatan seperti sakit perut, diare, disentri, penyakit kulit, kolera, tipus dan cacingan. Dalam keterangan UNICEF, Indonesia sebenarnya telah mengalami kemajuan yang signifikan pada peningkatan mutu sanitasi dasar. Namun, angka rumah tangga yang memiliki toilet dengan sambungan pipa pada tanki septik yang tertutup dan kerutinan membersihan tangki minimal sekali dalam lima tahun ternyata kurang dari delapan persen.
Yang perlu diketahui, bahwa jika limbah tinja tidak dikelola dengan baik bisa mencemari kualitas air disekitar dan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa kesadaran masyarakat akan resiko kesehatan terhadap pencemaran limbah tinja tidaklah memadai serta pengurangan frekuensi tangki yang masih rendah. Banyak dari keluarga Indonesia yang belum memahami betapa pentingnya menghubungkan toilet pada sistem pembuangan dengan pipa dan tangki septik harus dibersihkan secara rutin.
Perwakilan sementara UNICEF Robert Gass mengatakan bahwa di masa pandemi ini membuat meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya lingkungan yang bersih. Sanitasi yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan melemahkan daya tahan tubuh anak-anak hingga menimbulkan dampak permanen dan kematian.
Melalui kampanye #DihantuiTai, UNICEF berharap bisa memberikan pemahaman kepada keluarga-keluarga Indonesia tentang sanitasi yang aman dan dampak dari pencemaran limbah tinja pada sumber air. Robert mengungkapkan bahwa pihaknya berharap akan semakin banyak keluarga Indonesia yang mau lebih berperan dalam mengelola sumber air dan sanitasi demi kesehatan dan kesejahteraan keluarga Indonesia.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam mewujudkan sanitasi yang baik demi menjaga kualitas sumber air keluarg, pertama-tama yaitu dengan mengenali sumber air di rumah masing-masing. Bila kebutuhan aiir dipenuhi dari air tanah, kualitasnya akan sangat bergantung dari bagaimana anda mengelola serta merawat sumber airnya yaitu sumur. Jadi, pembuatan sumur membutuhkan perencanaan yang cermat, seperti dibangun di daerah yang bebas banjir dan lokasinya jauh dari jamban, ternak, lubang galian limbah dan tempat pembuangan sampah.
Kebersihan air juga harus dijaga dengan memastikan bahwa tidak ada genangan air disekitar sumber air serta memastikan saluran pembuangan berfungsi dengan baik. Yang penting juga, jangan lupa menutup sumur agar tak ada kotoran yang masuk kedalamnya. Untuk urusan sanitasi, setiap rumah harus memiliki setidaknya tangki septik pengelola limbah tinja. tangki septik juga harus dibangun minimal dengan jarak 10 meter dari sumber air dan tangki septik milik tetangga. Tangki septik harus kedap air karena jika bocor, tanah sekitar bisa tercemar limbah tinja. Yang juga tak kalah penting adalah rutin untuk menguras tangki septik secara berkala agar kotoran tak menumpuk yang bisa menghambat bakteri dekomposter untuk menghancurkan tinja.
Bagi yang menggunaka PDAM, perlu memperhatikan kualitas air yang diterima lalu memastikan keamanan air untuk dikonsumsi serta walau tampak jernih, jangan asal meminum air keran. Jadi, lewat kampanye #DihantuTai, UNICEF mengajak masyarakat untuk memeriksa, memasang atau mengganti tangki septiknya secara rutin sekali atau tiga kali dalam lima tahun. UNICEF juga telah meluncurkan situs www.cekidot.org sebagai pusat informasi yang dapat diakses masyarakat untuk menjaga kebersihan air dan lingkungan.
Baca juga : 5 Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik Di Asia Tenggara