ANCAMA INI MEMBUAT PARA ILMUAN SEGERA MEMBUKA MATA
- Kesehatan
Awalnya, virus cacar monyet merupakan endemi di beberapa bagian Afrika. Pada tahun 2003, seorang gadis di Amerika Serikat menjadi orang pertama di luar Afrika yang menderita penyakit ini. Orang tuanya dan beberapa ahli kedokteran curiga bahwa penyakit ini disebabkan oleh kerabat virus cacar yang jauh lebih mematikan.
Baca juga : Mengenal Suku Indian
Tampaknya, penyakit ini telah menyebar dari hewan pengerat yang diimpor dari Ghana ke AS. Infeksinya menjangkit pada anjing padang rumput (Cynomys sp.) yang merupakan hewan pengerat Amerika Utara dalam penampungan. Dengan kasus di tahun 2003, para peneliti mulai memahami bahwa virus cacar dapat tinggal di satwa liar di luar Afrika. Kemudian membentuk reservoir yang dapat menyebabkan wabah untuk manusia secara berulang.
Baru-baru ini, penyakit ini mewabah. WHO memperkirakan virus cacar monyet bisa saja menjadi pandemi berikutnya setelah COVID-19, seiring dengan bertambahnya kasus menjadi lebih dari seribu. Virus yang menjangkit hari ini membuat para ilmuwan meninjau kembali tentang siklus penyebarannya antara hewan dan manusia. Anne Rimoin, epidemiolog di University of California Los Angeles, AS, yang mempelajari penyakit ini di Kongo pada Science mengatakan kita nyaris lolos dari cacar monyet yang berkembang biak dalam populasi hewan liar.
Ia menjelaskan, tidak ada reservoir hewan saat ini di luar Afrika, tetapi kejadian 2003 adalah seruan terdekat, terutama karena hampir 300 hewan dari Ghana dan anjing padang rumput yang terpapar belum ditemukan. Dalam survei di AS pun ia tidak menemukan adanya hewan liar yang terinfeksi, dan manusia terinfeksi yang menularkannya pada orang lain. Kekhawatiran menjadi wabah pun menghilang.
Kini, akankah negara-negara di luar Afrika akan selamat dari wabah yang baru-baru ini merebak? Kita mengenal bahwa COVID-19, penyakit dari SARS-CoV-2, disebabkan kelelawar ke manusia, dan manusia ke manusia. Penyakit ini disebut zoonosis. Akan tetapi ada juga zoonosis 'terbalik', ketika COVID-19 juga menginfeksi beberapa hewan seperti kucing dan anjing karena begitu dekat dengan manusia.
Baca juga : Beragam Manfaat Susu Bagi Kesehatan
Bertram Jacobs, virolog Arizona State University yang mempelajari cacar menuturkan virus cacar monyet pun demikian punya peluang untuk menginfeksi spesies non-Afrika. Infeksi ke manusia di luar Afrika dapat membuka peluang besar baginya untuk berevolusi. Reservoir cacar monyet pada hewan liar di luar Afrika adalah skenario menakutkan.
Beberapa pihak kesehatan masyarakat di berbagai negara telah menyarankan, agar orang-orang yang punya lesi cacar monyet untuk menghindari kontak dengan hewan peliharaan. Para ahli pun meyakini bahwa infeksi virus cacar monyet akan menyebar ke satwa di luar Afrika disebabkan manusia, sehingga hewan harus jadi perhatian serius.
Hewan pengerat yang dipelihara jadi kekhawatiran khusus. Soalnya, kebanyakan hewan liar banyak yang terinfeksi oleh limbah yang terkontaminasi, dan mengkhawatirkan untuk menyerang dari sisi mereka yang membuka banyak peluang penyebaran.
Grant McFadden, peneliti virus cacar yang juga berbasis di Arizona State University menyampaikan bahwa pihaknya masih kurang memahami reservoir saat ini selain hewan pengerat. Sampai saat ini belum ada yang menunjuk dengan tepat reservoir virus cacar monyet di Afrika. Namun, menurut makalah ulasan ujicoba di jurnal Future virology tahun 2013, mengungkap eksperimen di tahun 1958, mengidentifikasinya ada pada monyet dari Asia.
Para ahli percaya bahwa primata itu menangkap virus dari sumber di Afrika. Bukti itu diperkuat bahwa penyebaran pertamanya pada manusia di Kongo (dulunya Zaire) di tahun 1970, disebabkan oleh hewan di Afrika. Sejauh ini ada enam hewan liar yang diketahui di Afrika sebagai penghasil virus: tupai tali (Funisciurus congicus), tikus Gambia (Cricetomys gambianus), celurut, dan monyet mangabey hitam (Cercocebus atys).
Untuk banyak jenis virus, hubungan antara protein permukaan virus dan reseptor sel inang seperti hubungan lubang kunci dan kunci. Ada spesies hewan mana yang bisa diinfeksi—tidak semua kunci bisa masuk ke lubang kunci.
Melansir Science, virus cacar tampaknya tidak memerlukan reseptor inang yang spesifik. Hal ini membuka peluang bagi manusia bisa terinfeksi dari virus yang menyerang hewan. Misalnya, cacar vaccinia, bahkan dapat menginfeksi lalat buah selain sapi dan manusia.
Andaikan suatu virus cacar bisa menangkis serangan kekebalan inang, mungkin dapat menggandakan dirinya sendiri dan bisa bertahan pada suatu spesies untuk membuat reservoir. Virus cacar memiliki pelengkap gen yang relatif besar, sekitar 200 yang dapat merusak setengah respons imun inang. Beberapa virus berjalan dan bersembunyi atau diam-diam menghindari kontak langsung dengan elemen sistem kekebalan tubuh. Virus cacar pada umumnya berdiri dan melawan.
Ragam penelitian dan kejadian wabah hari ini membuka mata para ilmuwan: ada sesuatu yang harus dikhawatirkan. Selama ini kita tidak tahu banyak tentangnya, walau penyakit cacar sudah lama dekat dengan manusia.
Baca juga : Biang Kerok Ketika Mengidam Makanan Tertentu